Beranda

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Meraih Asa di Era Pandemi Covid-19: Menilik Suka Duka Pengamen Musik Tradisional ‘Angklung Rajawali Malioboro’

                                   


Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga sering disebut sebagai kota seniman seolah memiliki ‘sihir’ yang membuat wisatawan selalu ingin kembali berkunjung ke Yogyakarta. Sesuai dengan namanya yang ‘istimewa’ kota Jogja juga selalu penuh dengan kenangan, entah itu dari yang terkasih atau tersayang. Sebutan Jogja tercipta dari ‘Rindu, Pulang, dan Angkringan’ rasanya memang tidak berlebihan, sebab siapapun yang pernah berkunjung ke Jogja pasti setuju jika Jogja memang kota yang penuh dengan kenangan.

Berkunjung ke objek wisata di Yogyakarta tidak afdhol rasanya jika tidak berkunjung ke Malioboro, rasanya tempat tersebut memang harus wajib dikunjungi. Letak Malioboro yang persis di tengah kota Jogja, juga menjadikan tempat tersebut mudah untuk di akses baik untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Berbicara mengenai Malioboro tidak lengkap jika tidak menyinggung musik tradisional angklung yang sering ditemui di jalanan sekitar area Malioboro.

Alunan musik tradisional angklung yang sering para wisatawan dengar ketika berkunjung di salah satu destinasi wisata terpopuler di Jogja, yakni Malioboro sudah setahun lebih tidak terdengar. Akibat dari dampak pandemi covid-19 yang melarang segala bentuk kegiatan bersifat kerumunan. Padahal, alunan musik tradisional angklung sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal ketika berkunjung ke Malioboro.

Pimpinan grup angklung Rajawali Malioboro Pak Age menjelaskan bahwa, masa pandemi covid-19 berdampak sangat signifikan terhadap penghasilan grup musik angklung tradisional, ketika biasanya mereka memainkan angklung di area Malioboro harus terpaksa berpindah ke emperan lampu merah, sekaligus tawaran job manggung dari berbagai daerah menjadi menurun bahkan tidak ada sama sekali.

“Dulunya kita kan sering mainnya di Malioboro cuman karena pandemi ini jadi tidak diperbolehkan, jadi ya larinya ke lampu merah. Tapi ya Alhamdulillah, apapun harus kita syukuri orang mau ngasih nggak ngasih ya gapapa. kita niatannya ingin menghibur walaupun nggak munafik juga untuk mencari uang.” Ujar Pak Age, Sabtu (12/03/2022).

Ironisnya, komunitas angklung di Jogja yang sudah berdiri dari tahun 2011 jumlahnya tergolong banyak dengan masing-masing anggota yang tidak sedikit, selain angklung rajawali ada juga angklung satria, sarehan, arista, dan lain sebagainya. jika bentuk pelarangan untuk tidak memainkan angklung di sekitar area Malioboro masih terus diberlakukan, tentunya ini sangat berdampak pada kondisi perekonomian mereka.

“Komunitas angklung di Jogja ini sudah ada sejak tahun 2010 sebenarnya, tapi untuk angklung rajawali ini baru berdiri tahun 2012. Efek dari pandemi covid-19 juga tentunya sangat berdampak bagi kami” Ujar Pak Age, Sabtu (12/03/2022).

Pak Age menceritakan pendapatan grup angklung rajawali menurun drastis sebagai akibat dari pandemi, namun akhir-akhir ini yakni pada bulan November 2021 lalu akhirnya grup angklung rajawali mendapat tawaran job dari luar daerah.

“Waktu masih di Malioboro penghasilan bisa dibilang lumayan banget, karena dalam satu hari bisalah dapet diatas Rp180.000, tapi ketika pandemi ini penghasilan menurun dibawah Rp100.000, padahal uang segitu juga harus dibagi empat orang, cukup sih kalau untuk makan, tapi kalau buat keperluan lain masih kurang. Sebenarnya banyak juga anggota grup angklung rajawali Malioboro ini, tapi karena pandemi covid-19 mereka kesusahan membayar uang kos jadi pada balik ke kampung halaman masing-masing. Tapi, Alhamdulillah setelah setahun lebih nggak dapat tawaran job dari luar daerah, Alhamdulillah-nya kemarin november dapat tawaran manggung ke padang dan semua akomodasi dibayar oleh pihak yang bersangkutan. Ya begitulah, suka duka nya jadi pengamen musik tradisional angklung, apapun yang ada tetap harus disyukuri dan dijalani” Ujar Pak Age, Sabtu (12/03/2022).

Lebih lanjut, Pak Age dan pihaknya mengharapkan pandemi covid-19 segera berakhir dengan total, tanpa ada lagi kehadiran varian virus covid-19 baru dengan nama yang bermacam-macam seperti varian omicron dan yang terkini muncul varian deltacorn. Tentu semua pihak mengharapkan hal yang serupa, berharap covid-19 segera hilang dari permukaan bumi dan mengharapkan semua kalangan dari pemerintah, tenaga kesehatan dan juga semua lapisan masyarakat untuk bekerja sama bahu-membahu dalam menangkal virus covid-19.


 Oleh: Nadia Sekar N

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement