Oleh:
Siti Nadariyah
Foto
pengamen lampu merah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jogja.Cultural
–tiga orang laki-laki mengamen di lampu merah dekat kampus negeri yakni
universitas islam negeri sunan kalijaga Yogyakarta.
Indonesia
merupakan Negara yang berkembang. Dalam masyarakatnya Indonesia terdapat
kesenjangan yang sangat terlihat jelas. Perbandingan antara orang kaya dan
miskin berbanding lurus, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Kemiskinan pun dapat memacu para anak – anak Indonesia untuk mencari uang
sendiri. Ada yang berusaha untuk belajar giat untuk mendapatkan beasiswa demi
kelangsungan hidup masa depannya. Tetapi, ada juga yang mencoba mengadu
nasibnya di jalanan dengan mengamen.
Tentu
begitu miris melihat orang – orang kaya membeli mobil yang harganya bermilyar –
milyar, berjuta-juta Tetapi masih sangat banyak orang yang ekonominya masih
terbelakang. Bahkan untuk makanpun mereka susah. Hal ini menjadi salah satu
alasan bagi Sebagian masyarakat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Daya tahan
(eksistensi) pengamen untuk tetap tampil dijalanan sebagian besar tidak
ditentukan oleh selera masyarakat namun karena keberanian pengamen untuk terus
mengamen ditengah suasana kota yang tidak mendukung
Dengan
adanya pandemic covid-19 membuat ekonomi masyarakat menjadi ambruk atau menurun
sehingga angka kemiskinan masyarakat meningkat. Kalau kita lihat banyak
masyarakat yang menjadi pemulung karena mau tidak mau masyarakat diuntut untuk
bekerja keras demi memenuhi kebutuhan mereka agar mereka tidak kelaparan. kelonggaran
kebijakan PPKM dari pemerintah ini, dimanfaatkan oleh para pengamen lampu merah
dekat UIN Sunan Kalijaga. Padahal sebelumnya saya tidak melihat mereka. Tiga
orang laki-laki ini berasal dari depok yang merantau ke Yogyakarta demi
memenuhi kebutuhannya dan dua temannya berasal dari kota Yogyakarta sendiri.
Foto saat wawancara
pengamen
ini memainkan alat musik gitar dengan menyanyikan berbagai varian lagu mulai
dari pop, dangdut, rock dan lain-lain, tempatnya di troutoar lampu merah. Tiga
pengamen ini mempunyai tugas masing-masing diantaranya satu bernyanyi sambil
memainkan alat musik gitar elektrik lengkap dengan sound system sehingga musik
yang dimainkannya terdengar dengan jelas. menyanyikan lagu-lagu tersebut,
dipersembahkan kepada semua pengendara yang sedang berhenti sejenak menunggu
nyalanya lampu hijau. Agar terhibur walaupun sebentar. Sementara itu, dua temannya
berjalan menghampiri para pengemudi yang berhenti di lampu merah untuk meminta
uang. Mereka di wadahin oleh komunitas appresiasi musisi dijalanan
(instragram dan YouTube @KEMANA_OFFICIAL).
Penghasilan
mereka bisa menyampai 1(satu) juta dalam sehari tanpa istirahat kalau dihitung
dari perjamnya penghasilan mereka bisa 100-300 ribu lebih dalam waktu 2 (dua)
jam. Mereka tidak hanya mengamen tetapi mereka juga mempunyai jadwal manggung
di berbagai café. Dukanya jadi seorang pengaman itu salah satunya panas,
dorongan menjadi pengamen ini karena kebutuhan dan juga ingin mengembangkan
musisi jogja misalnya seperti menarik pengamen lain untuk bergabung dalam
komunitas appresiasi musisi dijalanan agar mereka bisa terarah dan teratur. Tutur
mas anwar (salah satu pengamen lampu merah). Kalau kita lihat dari tutur
mas anwar mereka rela berpanas-panasan demi memenuhi kebutuhannya dan
seberapapun penghasilan mereka, mereka tetap bersyukur. Daya tahan pengamen
untuk tetap tampil dijalanan sebagian besar tidak ditentukan oleh selera
masyarakat namun karena keberanian mereka untuk terus-menerus mengamen ditengah
suasana kota yang tidak mendukung. Jika dilihat dari satu sisi, pengamen ingin
menunjukkan kepada masyarakat bahwa orang-orang disekitarnya sebagai konsumen
yang juga memiliki selera dalam musik. Kalau kita lihat laki-laki maupun
perempuan mempunyai selera musik yang berbeda maka dari itu kadang pengamen
menyesuaikannya.
0 Komentar