Fungsi keris. Fungsi
utama keris adalah sebagai senjata tradisional. Namun, pada saat
ini, keris lebih berfungsi sebagai bagian atau kelengkapan pakaian
adat Jawa. Keris juga berfungsi sebagai kerajinan tangan atau benda seni
yang banyak disimpan oleh masyarakat.
Pandangan-pandangan dari otoritas
keagamaan (bukan hanya satu agama saja) terkadang tidak selaras dengan upaya
pelestarian warisan budaya yang diakui UNESCO ini. Kontra narasi dalam hal ini
diperlukan bukan untuk mencari siapa yang paling benar, namun semata
menyuguhkan keberimbangan perspektif sehingga pada tahap selanjutnya biarkan
masing-masing orang menilai dengan tingkat pemahaman yang dimiliki.
Disisi lain insan perkerisan sendiri seyogyanya
tidak melelu terjebak dalam dimensi mistik semata. Bahwa mistik memang bagian
yang tidak terpisahkan ihwal perkerisan, namun over mysticsm adalah pandangan yang akhirnya menyebabkan
dunia perkerisan stagnan "begitu-begitu melulu". Research ilmiah,
publikasi jurnal, dan berbagai inovasi harus dipikirkan dan dihukumi sebagai
pekerjaan yang "fardu kifayah".
Keyakinan saya spirit research ini lah yang pada zaman
dahulu dilakukan oleh seorang empu dalam melahirkan karya ciptaannya. Upaya
lahir-batin yang berlangsung cukup lama untuk mencipta yang tadinya belum ada
menjadi ada tentu melalui proses penelitian juga bukan? Sehingga dapat
dikatakan bahwa empu-empu jaman dahulu merupakan seorang
"professor-professor metalurgi" dan peneliti ulung yang kontemplatif
sekaligus inovatif. ang tidak boleh hilang dari bangsa ini adalah jati
dirinya. Tanpa jati diri bangsa ini rasanya tidak PD menghadapi percaturan
global, hanya "rubuh-rubuh gedang" atau ikut-ikutan saja
terombang-ambing pusaran globalisasi. Keris bukanlah sesuatu yang kuno dan
ketinggalan jaman, artefak peninggalan leluhur ini adalah masa depan dan ageman
Sang Garuda untuk melesat menuju masa depan. Layaknya kuda-kuda yang harus
kokoh untuk melancarkan jurus dalam bela diri, bangsa ini harus memiliki
pondasi peradaban yang kokoh pula untuk siap berkompetisi.
Ada peluang di masa depan bagi kita bila tekun
menggali kearifan sumur-sumur tua peradaban. Keris menyimpan teknologi fisik
dan batin yang layak untuk digali dan dipelajari manusia-manusia moderen di
zaman ini. Sudah lumrah bahwa generasi masa kini memiliki jarak
pengetahuan yang cukup jauh atau bahkan terputus sehingga tidak tau harus
bagaimana merawat peninggalan dan memperlakukan benda pusaka ini.
Bila
ada eyang atau leluhur yang mewariskan benda ini pada generasi dibawahnya yang
memiliki keterputusan pengetahuan yang terjadi adalah keterasingan dan
kurangnya kepedulian. Lebih parah lagi ada yang sampai menjadikan benda ini
kambing hitam ketika terjadi musibah, sunggu ironis. Tanpa mau belajar semudah
itu menyalah-nyalahkan sebuah benda. Keris, bagaimanapun juga adalah sebuah karya adiluhung.
Sebagai sebuah produk budaya, sudah selayaknya jika warisan leluhur itu terus
dilestarikan. Dan, memberi pemahaman kepada generasi muda akan seluk beluk
perkerisan adalah salah satu cara untuk melestarikannya.Hal itu pula yang
dilakukan Kanjeng Raden Arya (KRA) Natakusuma Cakra Hadiningrat. Kepada
wartabromo, lelaki yang sempat menimba ilmu kepada sejumlah Mpu di Jawa ini
paling bersemangat untuk jadi pembicara pada seminar-seminar tentang keris. Terutama
yang banyak menghadirkan kalangan muda. sebagai pesertanya. Alasannya, melestarikan keris, harus
diawali dengan memberikan pemahaman yang utuh soal keris kepada pemuda. “Saya memang cukup aktif memberikan seminar kepada anak-anak
muda tentang perkerisan. Biar keris tidak hanya dilihat dari perspetif mistik,
kami juga banyak mengupas dari perspektif metalurgi. Dan, rata-rata mereka
mengaku tertarik karena pendekatan seperti sangat jarang mereka dapatkan,”
0 Komentar