Kebudayaan suatu daerah salah satunya dapat dilihat dari keseniaan yang ada di daerah tersebut, mengingt kesenian akan menjadi suatu identitas bagi daerah yang memiliki kesenian tersebut. Sehingga perlu adanya pelestarian kesenian yang disesuaikan dengan perkembangan zaman atau saat ini bisa disebut dengan seni Kontemporer. Kontemporer bisa diartikan sebagai pengembangan suatu kesenian dengan sebuah cara yang modern atau kesenian yang dinamis. Salah satu contoh Seni Kontemporer yang saya ambil yaitu Seni Arsitektur Kontemporer, yaitu seni yang fokus nyapada arsitekstur sebuah bangunan. Penggambaran kedinamisan dengan pendekatan filosofi seni kontemporer diwujudkan dalam suprasegmen arsitektur, seperti bentuk, warna, tekstur, proporsi dan skala, serta jenis bahan. Pada contohnya, beberapa bangunan yang ada di Jogja sudah menjadi bangunan yang identic dengan kesenian dan kebudayaan.
Kota Yogyakarta selain dikenal dengan pelajarnya, juga
dikenal akan pariwisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Beberapa
bangunan pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung
ke Jogja, terutama bangunan-bangunan lama yang kini sudah disulap menjadi
sebuah bangunan dengan gaya arsitektur yang modern, contohnya ialah Teras
Malioboro. Teras Malioboro menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan
yang berkunjung ke Jogja dikarenakan keingintahuan wisatawan akan destinasi
baru yang mencuri perhatian dengan beredarnya kabar relokasi pedagang kaki lima
(PKL) ke tempat lain. Teras Malioboro yang dulunya merupakan bangunan tua kini
sudah direnovasi dan di rekonstruksi sedemikian rupa sehingga menjadi bangunan
dengan gaya arsitektur modern yang didukung dengan fasilitas yang memadai.
“Teras Malioboro menjadi salah satu bangunan tradisional
yang sudah dimodernisasi, bangunan yang sudah ada sejak dulu kemudian dibikin
lebih rapih dan menjadi tempat relokasi para pedagang, sehingga sepanjang
jalanan malioboro terlihat lebih rapih dan tertata.” Ujar Nia, salah satu
pengunjung Teras Malioboro.
Teras Malioboro diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi pada 26 Januari 2022. Lokasi baru ini ditempati oleh para pedagang kaki lima yang menjajakan cinderamata. Bila sebelumnya mereka berdagang di sisi Jalan Malioboro, kali ini mereka dipusatkan di satu tempat untuk berdagang. Teras Malioboro dulunya merupakan bangunan bioskop Indra yang sudah sejak lama direncanakan untuk menjadi tempat relokasi para pedagang kaki lima.
Pemerintah Daerah melakukan relokasi PKL ini dengan tujuan
untuk mengembalikan fungsi Jalan Malioboro sebagai area pejalan kaki. Selain
itu, dengan dipindahkannya para pedagang ini diharapkan dapat membuat kawasan
tersebut lebih aman dan nyaman bagi wisatawan. Rencananya, akan ada sejumlah
titik pameran kesenian untuk mengembalikan ruh Malioboro sebagai area seni dan
budaya. Teras Malioboro menjadi salah satu tempat relokasi yang disertai
fasilitas yang sangat memadai dengan harapan PKL akan lebih tertata dan para
wisatawan pun semakin nyaman untuk menikmati suasana di kawasan Malioboro. Dan
yang tak kalah penting juga untuk memajukan ekonomi kreatif dengan membeli
produk-produk UMKM masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya tinggal
bagaimana masyarakat untuk terus menjaga, mengembangkan dan memelihara
fasilitas yang sudah di sediakan oleh pemerintah daerah.
0 Komentar